Rabu, 03 April 2013

Terawang Hari itu dan Kematian

Pagi ini , sebenarnya sangat enggan untuk beranjak. Hari biasa sebenarnya. Tapi aku hanya ingin tertidur pulas untuk memimpikanmu yang sudah tak mungkin bisa kutemui lagi. Yang menjadikan sisa hari ini tidak biasa adalah ku tak bisa menjalaninya bersamamu lagi seperti 70 hari yang lalu.

Menghela napas, dan menjadi berpikir. Kematian ada dimana-mana dan kita tak bisa menghindarinya. Yang menjadikan berita kematian berbeda bagiku adalah ketika orang yang bersangkutan dengan yang aku kenal. Ini tidak berarti bahwa aku jadi kebas dengan kematian mereka yang tidak aku kenal. Ini cuma berarti bahwa kematian tersebut menjadi sesuatu yang sifatnya pribadi. Bahwa ada satu orang yang aku kenal dengan sangat baik yang pergi, jauh dan tidak kembali.

Seorang itu adalah teman , sekaligus merangkap dengan apa yang kumau. Seorang yg gagah dengan umur 17 tahun 6 bulan 13 hari meninggalkan semua yang ada di muka bumi ini untuk kehidupan yang selanjutnya. Kami sangat dekat , bahkan lebih dari sekedar sangat dekat. Lebih dari itu. Orang baik dan tak pernah terlupa. 

Terakhir bertemu, sejak hari itu, Hari disaat kau meninggakan semuanya. Bahkan ragamu kau tinggal. Kamu dulu sempat bilang akan mengajak berlibur setelah ujian. Liburan kemana maksudmu? Ke alam yang berbeda?

Aku agaknya selalu tercenung kalau mendengar dia yang kukenal meninggal dalam usia muda. Hal itu berhasil mengingatkanku kembali pada semua kenangan yang pernah kita lalui bersama 5 setengah tahun ini. 5 setengah tahun yang begitu berharga.

Kematian bisa menjemput setiap waktu, meskipun kamu berdiri di banteng terkokohpun, kematian akan menemukanmu. Yang aku herankan , kematian salah satu hal yang dihindari untuk dibicarakan. Toh , nanti kita semua juga akan mengahadapinya.

Dan hari itu , adalah kali pertama aku menyaksikan kematian. Benar-benar kematian. Sejak hari itu , kematian selalu menghantui pikiranku. Aku tahu , besok, lusa, sepekan, sebulan, setahun, hari itu akan menghilang dengan sendirinya di timbunan kesibukan. Sampai saatnya sebuah kematian menyusul lagi dan aku kembali diingatkan akan kerapuhan manusiaku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar