Kamis, 25 April 2013

Dalam Hujan, Aku Sendiri, Merindukanmu

Apa yang kau rekam dari hujan senja hari ini? Larik-lari rindu yang menghias rintiknya saat kita berjalan dibawah tetesan air hujan berdua; di kota sana; di suatu hari tanpa nama. Bersama kita membelah hujan. Dalam magis lirih rintihnya yang menorehkan bahagia, juga luka. Bersamamu..

Tawa-bahagia dan sendu-sedan tangis meramu satu. Dalam hujan itu, tersimpan jejakmu, lewat riuh rintiknya aku mengadu dan mengaduh pilu . Aku katakan pada hujan, kita masih satu; seada dan setiada-tiadanya.Karena kamu telah memenangi hatiku, begitu juga aku.

Hujan boleh saja reda. Tapi tidak dengan rinduku padamu. Kau teah merenggutnya tanpa sisa. Dan kini, tinggalah hatiku yang kosong. Dan tetaplah dalam hujan. Karena disana, aku terbiasa bahagia bersamamu.

Kamu telah mengajarkanku berbahagia dengan hujan. Dalam hujan itu, kutemukan tawa dan tangis bersamamu mengeja bahagia, satu demi satu. Dalam derap hujan yang menghujam, hanya semata damba yang mengunci jejak kakiku untuk setia berjalan ke rumah hatimu. Tak peduli kuyup semata dambaku, menuai semu di tebing ketakutanku. Aku tetap ingin berbahagia dalam hujan itu.

Hujan senja, kepadamu ingin kuperdengarkan rinduku yang tak berujung padanya, rintihan rintik iramanya lirih melumat kesendirianku dalam diam. Siang boleh saja mengusik hujan, asalkan kamu tak pergi menemaniku walu tak terlihat sekalipun. 

Rentan pelukmu nyaris terlepas. Meretas senja pada sayu mata. Malas beranjak, akupun bertahan. Lengkung mendung menggaris dihatiku. Menjadilah hujan itu buatmu yg terbebas dariku

Gelas kosong itu hanya terisi separuh. Separuh lagi berisikan tawa bahagia yang kau berikan padaku waktu lampau yang kau catatkan pada arakan senja, sisanya lagi sapa hampa yang sebenranya tak pernah kau berikan padaku.

Dalam hujan , ku ingin bahagia bersamamu , sampai nanti dan seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar