Selasa, 23 September 2014

Senja di Kota Hujan

"Hey, kau tahu kan aku begitu menyukai senja?", kau hanya memandang lurus ke depan dan tak manjawabku. Aku tak berani melirikmu. Ada degup yang terlalu kencang disini. Aku khawatir tak bisa mengontrolnya. Ayolah, ini bukan masalah besar. Aku masih menyimpan kesal karena omongan sok tahumu tentangku tempo hari. Tapi, ini tentang seonggok daging yang yang selalu beraktifitas cepat dari biasanya.

"Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini aku benar-benar tak tertarik membicarakan senja. Bahkan denganmu sekalipun...", aku diam sejenak. Ikut memperhatikan padang rerumputan yang basah oleh hujan dan sedikit tertutupi kabut. Tempat ini selalu menjadi tempat pertamaku ketika ingin mencari inspirasi menulis maupun mencari ketenangan. Aku tak begitu suka kebisingan kota, benar-benar menghambat laju imajinasiku.

Entah ini senja ke berapa semenjak aku disini. Senja di kota kecil ini kembali tak terlihat. Padahal aku sangat mendambakan bisa melihat senja lebih jelas dari ujung barat kota hujan ini. Tapi, aku rasa aku terlalu cepat mengambil kesimpulan. Aku lupa bahwa disini hujan datang sesuka hati. Bahkan seonggok daging yang tiba-tiba berdegup lebih kencang tadi, seketika merasa seperti ada yang menekannya, seperti ada sesuatu yang merasa hampa. Dan tiba-tiba saja ada embun disudut mata dan mulai menetes ketika senja berakhir.

...

1 tahun 8 bulan berlalu.
Semenjak pagi itu aku tak bisa melihatmu lagi, tak bisa mendengar kabarmu lagi. Akupun tak bisa menghubungimu lagi, hanya bisa mendoakanmu dari jauh.

Aku rasa kau benar. Kita harus berhenti. Berhenti membeicarakan tentang senja, tentang rasa, tentang apa yang mereka sebut cinta. Aku rasa kau benar lagi. Apa yang kita lakukan hanyalah komitmen semu, hanya memanipulasi perasaan masing-masing. 

Libur kelulusan telah berakhir dan pada akhirnya aku harus kembali ke rutinitas kehidupanku. Berkuliah dan menemukan teman-teman baru. Kamu baik-baik saja kan jika aku melupakanmu untuk sejenak? Bukan maksudku ingin begitu, tapi terkadang fikiranku terlalu penuh tentangmu. Hey kamu, aku di bogor sekarang dan kuliah di depok. Aku udah ga pake seragam lagi lho :")
Itu inginmu kan? Semoga kamu senang. Hanya ini yang bisa ku perbuat untukmu. 

...

Bogor, orang bilang ini kota hujan. Tak jauh berbeda dengan kota kecil Indonesia di ujung timur sana. Entahlah, dari dulu aku selalu di kota yang selalu identik dengan kota penuh kenangan. Lalu bagaimana seorang sepertiku bisa begitu menyukai senja? Ya, itu karenamu. Karena kamu mengenalkan padaku bahwa senja begitu indah dan begitu singkat.

Mungkin aku harus belajar dari senja. Yang dengan santainya pergi menjemput malam yang gelap dan kelam. Tak peduli apapun yang dilaluinya. Yang datang dengan tiba-tiba, pergipun dengan tiba-tiba. Menarik, seperti kamu :')


Tidak ada komentar:

Posting Komentar