Seperti langit yang terkoyak oleh petir
Seperti itulah diriku saat kau meregang nyawa
Manisnya cintamu begitu kurasa
Bayangan dirimu bergitu terukir kurasa
Cintamu semu bagai pelangi
Begitu indah, namun sekarang hanya ilusi
Jeritan dan lirih tiada arti
Saat kau putuskan tuk pergi
Jiwaku kosong saat itu
Aku pun sekarang sendiri
Menatap langit dengan air mata tak henti
Langitpun menangis tiada henti
Menggantikanku yang lemah menantimu
Hampa mendera diriku
Dendam , marah dan benci meliputi auraku
Namun apa daya aku
Harus kuterima kenyataan tentang dirimu
Masih jelas teringat di benakku
Kau serahkan jiwa dan ragamu untukku
Ku sangat berterima kasih karenanya untukmu
Sayatan demi sayatan kau terima
Hanya untuk berada disampingku, membelaku
Kau melihatku dengan mata terbuka
Tanpa mengucapkan sepatah kata
Kau tinggalkanku di dunia yang fana ini
Tanpa mengajakku
Kini aku hanya bisa mendengar nafasku
Yang terengah-engah mengais setitik hidup yang hampir sirna
Aku letih ya Tuhan, biarkan aku melepasnya
Kini dari tepi sungai yang mengalir
Engkau selalu meratapi batu
Batu kusam yang akan hilang oleh waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar