Jumat, 26 April 2013

My Memory Library of You

Imagine if i was given one moment, just a single slice of my past.
I could hod it close forever, and that moment would always last.
I'd put the moment safe, within my hearts adobe.
I could open it when i wanted, and only i would know the code.

I could choose a time of laughing, a time of happiness and fun.
I could choose a time that tried me, through everything that i've done.
I sat and thought about what moment, would always make me smile.
One that would always push me, to walk that extra mile.

Im feeling sad and low, if im struggling with what to do.
I can go and open my little safe, and watch the moment through,
There moment i can think of, that would lift my spirit every time.
The moments when you picked me up, when the road was hard to climb.

For me to only pick one moment, to cherish, save and keep,
Is proving really difficult, as I've gathered up a heap!
I've dug deep inside my heart, found the safe and looked inside,
there was room for lots of moments,in fact hundreds if I tried.


I'm building my own little library,embedded in my heart,
for all the moments spent with you, before you had to part.
I can open it up whenever I like, pick a moment and watch it through,
My little library acts as a promise, I'll never ever forget you




Kamis, 25 April 2013

Dalam Hujan, Aku Sendiri, Merindukanmu

Apa yang kau rekam dari hujan senja hari ini? Larik-lari rindu yang menghias rintiknya saat kita berjalan dibawah tetesan air hujan berdua; di kota sana; di suatu hari tanpa nama. Bersama kita membelah hujan. Dalam magis lirih rintihnya yang menorehkan bahagia, juga luka. Bersamamu..

Tawa-bahagia dan sendu-sedan tangis meramu satu. Dalam hujan itu, tersimpan jejakmu, lewat riuh rintiknya aku mengadu dan mengaduh pilu . Aku katakan pada hujan, kita masih satu; seada dan setiada-tiadanya.Karena kamu telah memenangi hatiku, begitu juga aku.

Hujan boleh saja reda. Tapi tidak dengan rinduku padamu. Kau teah merenggutnya tanpa sisa. Dan kini, tinggalah hatiku yang kosong. Dan tetaplah dalam hujan. Karena disana, aku terbiasa bahagia bersamamu.

Kamu telah mengajarkanku berbahagia dengan hujan. Dalam hujan itu, kutemukan tawa dan tangis bersamamu mengeja bahagia, satu demi satu. Dalam derap hujan yang menghujam, hanya semata damba yang mengunci jejak kakiku untuk setia berjalan ke rumah hatimu. Tak peduli kuyup semata dambaku, menuai semu di tebing ketakutanku. Aku tetap ingin berbahagia dalam hujan itu.

Hujan senja, kepadamu ingin kuperdengarkan rinduku yang tak berujung padanya, rintihan rintik iramanya lirih melumat kesendirianku dalam diam. Siang boleh saja mengusik hujan, asalkan kamu tak pergi menemaniku walu tak terlihat sekalipun. 

Rentan pelukmu nyaris terlepas. Meretas senja pada sayu mata. Malas beranjak, akupun bertahan. Lengkung mendung menggaris dihatiku. Menjadilah hujan itu buatmu yg terbebas dariku

Gelas kosong itu hanya terisi separuh. Separuh lagi berisikan tawa bahagia yang kau berikan padaku waktu lampau yang kau catatkan pada arakan senja, sisanya lagi sapa hampa yang sebenranya tak pernah kau berikan padaku.

Dalam hujan , ku ingin bahagia bersamamu , sampai nanti dan seterusnya.

Tanpamu, Sekali Lagi

Kepadamu aku kembali
Akan kuceritakan tentang dia yang tak pernah pergi dari ingatan
Harum tubuhnya masih tertinggal
Melekat pekat di indra penciuman, mengharumkan ingatan

Sentuhan yang menghangatkan ruas badan
Merayap senyap tanpa ikatan
Membuai hening dalam ingatan
Bingkai-bingkai yang berbicara
Menelaah dinding dengan sapa rindu yang tak usang,
tanpa mengekang ingatan 

Sadarku semakin nyata.
Saat rebahku disini menuai kegelisannya
Dia tak akan pernah kembali

Rebah sejenak di sudut kamar
menghirup kegelisahan yang berdebam oleh rasa itu;
rindu dan keterpisahan

Di pesta dunia ini,
Aku hanya tersenyum tanpa dansa dan segelas anggur
Tanpamu, segalanya berbeda

Sesatku ditebas sunyi
Di tengah ramai, sepertinya aku berbincang dengan bibir
yang mengumandangkan suara pesakitan

Ketika lugu tak menynetuh dinding makna ,
dan sahaja dalil justru mengulum waras logika,
kini hanya tinggallah kosong meraja

Selasa, 23 April 2013

Rindu ini, di Kota Hujan

Titik pertemuan menjauh dari harapan.
Rindu menjadi terdakwa di kota hujan.
Hujan semakin melebarkan sayapnya.
Mengurung lebih dalam kota hujan dengan riuh rintiknya.
Rindupun kedinginan terbawa arusnya.

Terbawa arus ke tepi.
Menyisir kembali bulir-bulir rindu yang menyesatkan jejak kaki di kota hujan, sendiri


Hujan reda.
Dari kota hujan , rindu bergegas mengejar tuannya.


Apakah ia menunggu?
Di sana, di suatu hari tanpa nama.
Semoga.

Sabtu, 20 April 2013

No Days with You

Senin aku masih menunggu

Selasa pun aku masih menunggu
untuk melihat apa kau baik-baik saja

Rabu kau masih tak disini
Tidak peduli pagi atau siang nanti

Kamis juga masih kosong

Jumat sabtu atau minggu

Setiap hari aku rindukan dirimu

Tak seharipun kau kembali seperti hari lalu

Di hari aku bertemu denganmu

Hari dimana aku ingin dekat denganmu
Hari dimana kita saling berpegangan tangan
Hari dimana aku mencintaimu
Hari dimana aku berbicara denganmu
Hari dimana kau mendengarkanku

Berapa lama akan begini?
Aku tidak tahu

Berapa banyak bulan atau tahun?
Berapa jutaan memori masa lalu?

Aku selalu merindukanmu

Jumat, 19 April 2013

Gerimis itu, di bulan Januari

Air itu serupa embun, menitik, merintik, jatuh dalam gelap. Jatuh bersamaan, memang selalu bersamaan, tak pernah ku lihat darimana ujungnya. Aku hanya bisa melihat darimana jatuhnya, Meskipun aku tak bisa membedakan satu diantaranya. Terkadang ia segera berlalu meresap ke dalam tanah. Atau saat ia menderas berkumpul dalam kubangan. Air itu begitu lembut, sangat lembut, me-rapi, lurus yang tak benar benar lurus, saat aku perhatikan dengan jelas, agak miring mungkin tertiup angin. Sangat jelas di bagian yang tersorot cahaya. Begitu indah dan sederhana, Begitu indah dan sederhana. Gerimis yag sederahana, aku suka melihatnya berlama-lama.

Aku ingat kamu malam ini , rindu kamu lebih tepatnya. Mungkin kamu sedang melihatku di atas sana. Atau mungkinkah kau sudah melupakanku? Jadi, sedang apa kau disana? Beritahu aku.. Pertanyaan itu menggema dalam dinding kepalaku, kemudian terpental, dan jatuh berkeping tanpa jawab. Mungkin kau berpikir bisa saja aku coba untuk menghubungimu? Tapi bagaimana caranya?

Aku terlalu terlarut dalam gerimis bulan Januari, sibuk memikirkankanmu. Aku enggan beranjak dari sini. Andai kau ada disini, dan menyaksikan gerimis ini, kau akan sependapat denganku.Gerimis yang sederhana terlalu indah ditinggalkan, meski hanya satu kedipan mata. Tapi mengapa kau meninggalkan keindahan yg nyata itu?

Lalu, sedang apa kau disana? (lagi-lagi tak terjawab). Coba lihatlah gerimis yang jatuh itu,  dan dengarkan gemericik suaranya. Kamu akan menemukan irama yang indah, seperti lagu yang biasa nyanyika bersama di kala senja itu  Kau masih ingat ? Pasti ingat. Kau tersenyum bahagia kala itu , dan lebih bahagia lagi , karena aku duduk di samping kirimu, tersenyum karena melihatmu tersenyum. Indahnya senja itu :"), tak kan bisa kulupa, saat kita menyaksikan tenggelamnya sang surya di pesisir pantai selatan. 

Ah, sedang apa kau disana? (ku mohoon jawablah). Ku harap kau 'masih' punya waktu walaupun sejenak untuk merindukanku, mengingatku sejenak di sana, seperti aku merindukanmu dalam deraian gerimis. Dan , sebanyak gerimis itulah aku merindukanmu. terus saja menderas, bersama malaikat yang bersamamu di tipa rinainya. Inilah mengapa aku suka gerimis, sejak dulu sampai sekarang. sejak awal ku bertemu denganmu, sampai akhirnya kau tiada. Malaikat-malaikat yg datang bersama derimis dan ~ kamu , tersenyum padaku (kukira). Dan semoga ia membawa doa-doaku yang setiap waktu kupanjatkan dan menyampaikannya pada Tuhan. Doa yang tulus untukmu.

Tunggu, gerimis itu bergoyang sendu diterpa angin, serupa nyala lilin dalam gelap. Tirai-tirai gerimis itu menari lentik seirama dengan pacuan detak jantungku. Aku begitu larut oleh iramanya, ia telah mengajariku meneteskan air mata dengan amat sangat perlahan, hingga hanya malaikat di kedua bahuku yang mampu mendengarnya. Gerimis itu juga membawa rinduku, rinduku yang tersembunyi dibalik celah-celah rasaku. Rinduku yang membawa desir dalam hatiku. Rinduku padamu, serupa rinduku pada gerimis di bulan januari itu.

Aku telah membiarkanmu melalu-lalang di pikiranku. Mengingatmu sebagai terindah dan membuang pahitmu ke dalam gelas; kosong. Yang pasti, aku percaya, semua berarti ketika bersamamu. Tanpamu, akan ku cari arti lagi. Siapa tahu, lebih berarti.

Perjalananmu boleh berhenti hari itu; tapi sejenak saja, jangan terlalu lama, bangkitlah ! Masih jauh kilometer yang harus ditempuh untuk menjemput bahagia, bukan dengan diam menunggu datangnya keajajaiban. Kecuali, menunggumu itu satu hal yang pasti, pasti kubela hingga kaki tak merasakan lelah lagi.

Kita sama-sama sadar. Akar peetautan yang menunjang itu telah tercabut karena waktu dan takdir. Mungkinkah menanamnya sekali lagi? Atau, biarkan saja pohon itu rebah ke tanah dan mengering. Lalu, kita berpisah di simpang jalan dan mencari tunas baru untuk disemaikan lagi.

"Kita memang tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa saja. Tapi cinta itu dipilih. Jika boleh memilih, sekali lagi aku akan tetap memilih jatuh cinta padamu"

Tak perlu kamu tahu, cukup rasakan saja angin yang berhembus untuk menyampaikan pesan rinduku padamu. Disini, bersama gerimis di bulan Januari, aku masih mengejamu sebagai yang pertama.

Dan, Aku merindukanmu

"Dan aku merindukanmu"

Tiga kata itu mengukir prasasti janji di setiap butir gerimis.
"Aku rindu kamu"
Menimbang dan seterusnya.
Memperhatikan dan seterusnya.
Merindukan dan kau pasalnya.

Dan,
Selalu ada rindu yang mengemuka setiap kali kutulis
"tanpamu"

Dan,
Karena rindu itu kata kerja
Aku tak pernah berdiam diri

"Tanpamu" itu semakin menjepit ruang mimpi dan kenyataan ketika aku ditelan kesedihan
Serahkan saja pada malam, dan biarkan mimpi memulai kisahnya.

Dan,
Begitu tiba ditempatmu biasa bermanja, rinduku terluka.

Dan, 
Rindu itu terluka karena mengeja inchi bahagia 
yang kau pagutkan di batas nyata dan mimpi

Dan,
Ketukan palu itu jatuh kepadaku
Sebagai terdakwa yang merindukanmu

Dan, 
berangkat dari titik nol, mengejar satu mimpi
Bersamamu, ini lebih berarti.

Dan, 
Hai kamu :)
Ku titipkan peluk hangat yang memanas tungku
Lugu menggebu
Tulus melumat malammu

Dan,
Dari mataku, bahagiapun memendar tersipu tiap kali kutulis "denganmu"

Dan, 
Bahkan kata "dengan" pun, aku mampu membawa pulang bahagia itu
Asal ada "mu" di awal dan di akhir "ku" 

Dan, 
Lebih dari pantas aku merindukanmu ketika air matamu menderas karena bahagia itu sendiri

Dan,
Aku timbun kenangan di ladang anggur. Saat panen tiba aku ingin berpesta dan mabuk bersamanya. Selogis-logisnya rindu itu menempatkan logika di urutan kedua atau ketiga. Nomor satunya; kamu

Kamis, 18 April 2013

Untukmu, Bahagia Kutitipkan

Keniscayaan sebuah penantian. Apakah itu kamu yang setia menjadi satu-satunya?
Seindah semesta, sebening mata - milikmu. Utuh kupagut tak jera. Selamat malam, kamu; mata hati.

Mungkin tak sampai. Seikat masa ditangkai senjamu mengaburkan pesan maafku. Mungkin..

"Diantara doa dan air mata, bahagia ini kutitipkan ~ untukmu"

Di wajah pagi kupanjatkan doa-doa. Terik berlalu, gerimispun datang. Bahagia pergi, sedih bertamu. Seperti kepergianmu yang tiba-tiba.

Tapi, bagiku, kamu tak kemana. Seperti tumbuhan dalam kayu. Makin kokoh akar menghujam, makin rindang daun. Kamu hidup di bagian terdalam dari diriku; palung hati.

Pertemuan senja menggantikan terik siang. Perpisahan berjalan cepat membuang muka, dan melenggang dengan pongah luka di dadanya.

"Perpisahan dini hari. Rindu itu menaungi mendung di matanya"

Begitulah tanda yang mengemuka. Seperti menitipkan gerimis, di kedua bola mataku. Sesering sendat di dada tak kuat menampung luka, sekuat tenaga kubela sakit ini sabagai bahagia.

Luka. Selain menikmatinya, aku tak punya cara lain. Biarkan saja sampai hilang ditelan kesenyapan masa.

"Lemah gemulai, jejak rinduku menggarami lautan bibirmu."

Semoga, sejenak saja. Aku tak ingin berlama-lama menunggu masa itu; mereguk manis bahagia di bibirmu. Ketika masa itu datang, aku akan berdiam di hatimu seterusnya tanpa kenal kata pisah lagi.

Sejak napas cinta kau tiupkan, dan menghujam jantung, itulah awal bahagiaku. Tertulis di wajah pagi; dan kening senja.

Dan...
"Di setiap pagi, tulisan kebahagiaan itu menyusup embun tanpamu; hanya aku, ternyata"

Datang dan pergi. Begitulah masa lalu membiru-hitamkan tiap lembaran cerita. Dan kamu berada diantaranya, seperti malam ini, malam yang bergerimis.

Dan..
"Di tempat rebahku kini, kamu berpelangi. Selamat malam, untukmu~ entah untuk yang keberapa kali. Yang pasti, aku ingin kembali kepadamu, suatu hari nanti"

Rabu, 17 April 2013

Saat - Saat Sulit

Menggapai udara ,
Kita meraih tapi tak dapat menyentuh
Semua yang kita inginkan pergi begitu saja
Semua yang membuat kita mengadu

Mengapa kita berkabung ?
Sementara lainnya tlah berlibur
Dimana kita bernaung?
Ketika air mengguyur

Hidup akan memberi mawar
Dengan kelopak berjatuhan
Meninggalkan kegembiraan dan kesedihan
Dari kenangan yang kita kumpulkan

Maka bila waktu adalah harta kita yang paling berharga
Dan cinta adalah yang paling kita butuhkan
Berikanlah semua milikmu pada sesama
Tak ada yang lebih diinginkan dibanding dengan bertemu dengan sosokmu

Sabtu, 13 April 2013

Dua Puluh Satu Januari - Dua Puluh Dua Januari

Dear you,
Malam yang bergerimis,

Selangkah lagi, rindumu kugapai. Terpajang di dinding itu lengkap dengan bingkainya. Menutup satu namamu diantara keluh kesah dan sesat rinduku yang tertahan.
Mungkin, nanti. Bisikmu merambah sepi. Dalam mimpi, tak apa. Bersemi tunas, harapku. Menaungi bunga tidur, wajahmu. Memiliki, tapi tak benar-benar bersama. Karena sekian sentimeter jarak itu belum menyatukan kau dan aku.

Menangislah , Sayang. Rasakan pedihmu sebagian bahagia terdalam. Dan, tersenyumlah. Hidupkan tawamu dalam sedihmu. Keterpisahan itu menyakitkan. Tapi kita masih punya waktu untuk ciptakan keajaiban, percayalah..
Bersyukurlah masih bisa menangis. Setidaknya kita tahu, kesedihan itu seperti apa rasanya. Rasakan saja air mata yang tumpah itu obat luka.

Disini aku mendekapmu,

Lautan penderitaan tak bertepi, saat tolehkan kepala disana, ada daratan membentang. Hanya setitik tanda yang mengunci mataku dan itu, kamu. Inilah liang rasaku. Penuh berisi tentangmu. Tengoklah sejenak; betapa dadaku sendat memikirkanmu.

"Seikat masa di tidurmu, semoga aku muara tawa dan tangismu. Karena malam untuk dipeluk, biarpun senyap sunyi tanpa rengkuh ragamu. Meleburlah di semesta tepekurmu, disini aku mendekapmu"

Sampai pada satu titik keyakinan, aku akan katakan; jarak bukanlah batas, dan kita tetap bersama. Tunggu saja..

Dan suaramu adalah baris pertama yang ingin ku dengar kala aku terbangun esok pagi. Temanilah aku.. Khusyuk kesendirian ini telah menusukkan rindu di dadaku. Tancapkanlah berulang kali, aku menunggu tikamanmu, pelukanmu, senyumanmu, di surga nanti :)

Jumat, 12 April 2013

I Dont Miss A Thing

I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you're far away and dreaming

I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Where every moment with you is the moment I treasure

Don't want to close my eyes
I don't want to fall a sleep
Cause I'd miss you
And I don't want to miss a thing

Cause when i dream of you
The sweetest dream will never do
I'd still miss you
And I don't want to miss a thing

Lying close to you feeling your heart beating
And i wondering what you're dreaming
Wondering if it's me you're seeing
Then i kiss your eyes
And thanks God we're together
I just want to stay with you in this moment forever
Forever and ever

I don't want to miss one smile
I don't want to miss one kiss
I just want to be with you
Right here with you, just like this

I just want to hold you close
Feel your heart close to mine
And i just stay here in this moment
For all the rest of time

[dedicated for Rizky Egi Permana]

Kamis, 11 April 2013

In memory

Tidurku dalam sepiku
Tak lagi ada dirimu di sisiku
Hening dan rasa kosongku
Teringat akan dirimu
Mengisi duniaku

Seiring waktu yang ku lalui tanpa cintamu
Merelakan waktu bertemu kasihku
Dalam doa ku memohon kau selalu melihat
Telah ku jalani semua anganku untukmu

Semakin dalam kurasa
Saat terwujud semua impianku

Rabu, 10 April 2013

Mengapa Aku Memilih Awan

Aku memilih awan untuk mengambarkan dirimu karena awan itu putih, bersih, suci, tanpa noda. Terkadang mempunyai bentuk yang kusuka, terkadang juga tak jelas juga bentuknya. 

Awan~ terlihat datar, tanpa emosi, terlihat diam walaupun nyatanya dia bergerak. Kadang banyak orang mencelanya karena dia terang , kadang banyak yang mencelanya karena dia mendung, tetapi dia tetap berpendirian teguh.. Apapun yang dikatakan orang, dia tak peduli karena dia telah menerima pinta Rob-nya. Bahkan, dalam kemarahannya dia bermaksud baik. Kadang memutar, kadang menyambar, semua ia lakukan atas perintahNya.

Keindahannya adalah saat dia tenang dan seakan-akan tersenyum. Teduh , membuat orang damai melihatnya. Ketika dia di belakang gunung, terlihat makin indah pemandangan gunung. Ketika dia di belakang pantai, membuat indah pemandangan pantai.Walaupun tak ada orang yang mengatakan pemandangan awan, dia cukup puas menjadi pelengkap pemandangan lain. Begitu pula denganku, ketika aku bersamamu aku merasa lebih baik daripada aku tanpamu. Kau sudah senang dan bahagia walaupun kau 'hanya' berada di sisiku.

Awan terkadang menupahkan titik-titik air, seperti sebuah usaha yang telah kita lakukan, dari berbagai fenomena baik atau buruk. Perlahan tapi pasti, akan menyentuh koridornya yaitu sang waktu. Setiap insan mengetahui titik-titik air yang mereka kumpulkan, setiap insan akan mengenali hujan yang ia bentuk. Hujan kebaikan, hujan kebatilan, hujan buah karya, hujan buah cinta, ataupun hujan yang mereka namai sendiri. 

Kamu , seperti awan yang sulit ditebak kemana arah dan tujuannya. Semua orang pasti pernah melihatnya dikala mereka sedang menatap langit cerah nan biru. Awan tak pernah berbohong, meski menawarkan perspektif, yang berbeda. Mungkin jika kau sedang marah, bisa diibaratkan awan hitam. Awan hitam memang terlihat mengerikan, tapi bukanlah awan hitam berujung hujan yang berguna bagi insan di dunia? Awan sulit ditebak pergerakannya, karena dia hanya menuruti apa yg telah menjadi kodratnya, meurut pada angin, pada sang penciptanya. Seperti kamu , kamu akan selalu taat pada-Nya. 

Awanpun nyata, tetapi bukan sesuatu yang bisa dipegang, sama seperti nilai kehidupan. Begitu pula denganmu , selalu memberi nilai kehidupan untukku, untuk semua orang yang pernah mengenalmu. 

Segala hal di dunia ini memiliki makna dan arti tersendiri. Sama seperti dirimu dan awan. Aku mengartikannya hampir mirip. Aku menggambarkanmu seperti awan putih , bersih.  

there are some pictures of cloud that i captured with you view weeks ago :")














Aku Ada di sini karena Kebencian

"Aku ada disini karena kebencian"

Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Aku begitu terpana akan kata-kata yang diucapkannya berminggu-minggu lalu, sehingga tak mampu menghapus suara itu. Kata-kata itu mempunyai arti yang besar bagiku. Aku berharap seandainya saja ia tak pernah mengucapkan kata-kata itu, mungkin sekarang aku akan hidup dengan lebih ceria.
Semua berawal dari pertemuanku dengannya. Akhirnya momen itu kualami. Tapi sekarang, aku menyesali keinginan itu.

"hey, sadar,"

"eh, yah. Apa?,"

"kamu ini melamun terus dari tadi! Ada apa?,"

Aku ingin menceritakan semua masalahku padanya. Namun aku tak sanggu mengucapkannya barang sepatah katapun.

"Tidak, tidak ada apa-apa,"

"Aku sudah mendapatkannya,"

"Mendapatkan apa?,"

"Aduh , masak kamu lupa. Nomor teleponnya si 'itu',"

"oh, ya. Mana?"

"Nih,"

Di rumah, aku memencet nomor yang tertera pada tulisan dalam kertas yang ia berikan kepadaku.

"halo?"

"Bisa berbicara dengan Troy?"

"Bisa, tunggu sebentar"

"halo?"

"halo, ini Troy?"

"Ya, ini siapa ya?"

Aku begitu terpana akan suaranya. Sehingga tak mampu berkata-kata. Maka telepon pun ku tutup. Aku kembali memikirkannya. Begitu ingin aku berkenalan dengannya. Banyak cerita yang begitu menakjubkan tentangnya. Sejak itu aku aku selalu menjadi salah tingkah setia kalu aku melihatnya. Begitu bodohnya aku.

Hidup terus berjalan walaupun ku tidak menginginkannya. Bumi terus berputar walaupun aku berusaha menghentikannya. Manusia terus bergerak walaupun halangan menghadang.
 
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa hidupku seperti ini? Namun aku tak kunjung mendapatkan jawaban dari-Nya. Aku terus menunggu dan menunggu. Ia tak pernah menampakkan diri-Nya kepadaku.

Kebencian datang menyerang jiwaku dari segala penjuru. Dosa ambil alih pikiranku dan otakku. Aku tidak lagi berdaya. Aku lemah, dan kusadari itu. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa.

Manusia yang hidup hanya dibenci oleh orang lain tidaklah hidup. Aku termasuk dalam salah satunya. Aku tidak tahu lagi apa yang telah aku perbuat. Aku tidak tahu lagi apa yang sedang ku perbuat. Aku tidak tahu lagi apa yang akan ku perbuat.

Kehidupan hanya sekali. Itu yang sering diucapkan orang-orang kepadaku. Aku tidak setuju. Hidup adalah kekal. Hidup tak pernah berkhir. Hidup itu itu abadi. Tak pernah kubayangkan aku hidup hanya untuk membuat makam bagi kebencian. Namun itulah kenyataannya.

Mungkin Tuhan sudah beberapa kali masuk ke jiwaku. Namun aku mengacuhkan-Nya, namun aku menolak-Nya, namun aku menjauhi-Nya. Seperti itulah hidup yang kujalani.

"Aku ada di sini karena kebencian..."

Tak pernah kusangka akan kudengar kata-kata seindah itu. Tak pernah ku sangka akan kudengar kata-kata sesuai denga diriku. Tak ku sangka akan ku dengar kata-kata yang begitu merasuk ke dalm jiwaku.

Arti dari kata-kata itu tidak ku ketahui hingga aku menyadarinya. Arti dari kata-kata itu tidak ke sadari hingga aku menemukannya. Arti dari kata-kata itu tidak ku temukan hingga aku mengetahuinya.

Aku tahu apa yang harusnya kuperbuat, namun aku melakukan yang lain. Aku tahu apa yang harusnya kuperbuat, namun aku tidak melakukannya. Tidak pernha aku berlaku sesuai dengan yang seharusnya kulakukan. Tak pernah aku begitu membahagiakan orang lain.seperti aku tak pernha membahagiakn diri sendiri.

Aku selalu membuat orang lain sedih. Aku selalu membuat orang lain tidak merasa bahagia. Aku selalu membawa kebencian bagi orang lain atas diriku. Kebencian yang datang karena tingkahku. Kebancian yang datang karena kelakuanku. Kebencain yang datang karena kata-kata yang keluar dari mulutku. 

Akhirnya aku mendapatkan jawaban daripada-Nya. Aku pun menyebarkan perasaan ini kepada orang lain yang bernasib sama denganku. Aku akan menyebarkan dimana pun kuberada, karena hanya dengan itu orang yang benar-benar mebutuhkan kata-kata itu akan mendapatkannya.

Kan kuberitakan pada dunia.

"Aku ada di sini karena kebencian..."







Selasa, 09 April 2013

Bersamamu Lagi, Malam ini :)

Terbangun di tengah malam
Kuteringat kau sayang
Dahulu penuh cinta

Bersama malam yang kelam
Menatap kesunyian
Menelan kepedihan

Ku hanya berharap kau kan kembali
Kembalilah sayang

Berapa lama kau meninggalkanku?
Namun ku kan tetap slalu menunggu
Berapa lama ku harus bertahan?
Meskipun ku tak yakin kau akan kembali disini.

sepenggal lirik lagu sebelas ipa tiga berjudul 'menanti' yang dulu dinyanyi'in waktu pelajaran musik. Ngena banget. Dulu sempet mikir , kapan momen yg pas buat nyanyi'in lagu ini. Sekarang waktunya, tadi malam. Kebangun gara-gara kepikiran kamu. Dan terimakasih kamu telah hadir dimimpiku semalam.
Seperti dalam situasi-situasi sebelumnya, ketika aku sudah bahagia bersamamu aku terbangun. Dan aku sangat menyesal karenanya.
Di mimpi itu , sambil menangis kau tanyakan arahku sekarang. Maaf  aku tak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku tak punya arah setelah kau pergi. Aku tak punya tujuan setelah kau pergi. Tujuanku dulu adalah hidup bahagia bersamamu. Tapi sekarang? Mungkin tujuan hidupku adalah tujuan hidupmu. Cita-citamu dulu yang kau rangkai bersamaku. Sungguh indah cerita kita.
Sekali lagi maaf , telah membuatmu menangis lagi walaupun hanya sekedar dalam mimpi. Maaf. Aku tak tahu jawaban atas pertanyaanmu. Dan terimakasih telah datang menemuiku walaupun hanya sekedar lewat mimpi , setidaknya itu cukup.

Jumat, 05 April 2013

i can wait forever

You look so perfect that day
When you're sitting there it's hard tome to look away
So i find the words that i could stay
I know the distance doesn't matter
But you feel so far away

And i can't lie,
but every time you leave my heart turns grey
and i wanna come your home to see your face tonight
'cause i just can't take it

Another day without you with me
Is like a blade that cuts right through me
But i can wait, i can wait forever

When you call, my heart stops beating
When you're gone, it wont stop bleeding
I can wait, i can wait forever

You look so perfect that day
It's like every time I turn around I see your face
The thing I'll miss the most is waking up next to you
 When i look into your eyes, I wish that you could stay

I know it's feels like forever
I guess that's just the price that i've gotta pay
But when you come back to me to feel your touch makes it better
Until that day  there's nothing that i can do 

I just can wait. i just can wait forever

[edited]

Cintamu Bagai Pelangi , Namun hanya Ilusi

Seperti langit yang terkoyak oleh petir
Seperti itulah diriku saat kau meregang nyawa
Manisnya cintamu begitu kurasa
Bayangan dirimu bergitu terukir kurasa

Cintamu semu bagai pelangi
Begitu indah, namun sekarang hanya ilusi
Jeritan dan lirih tiada arti
Saat kau putuskan tuk pergi

Jiwaku kosong saat itu
Aku pun sekarang sendiri
Menatap langit dengan air mata tak henti
Langitpun menangis tiada henti
Menggantikanku yang lemah menantimu

Hampa mendera diriku
Dendam , marah dan benci meliputi auraku
Namun apa daya aku
Harus kuterima kenyataan tentang dirimu

Masih jelas teringat di benakku
Kau serahkan jiwa dan ragamu untukku
Ku sangat berterima kasih karenanya untukmu

Sayatan demi sayatan kau terima
Hanya untuk berada disampingku, membelaku
Kau melihatku dengan mata terbuka
Tanpa mengucapkan sepatah kata
Kau tinggalkanku di dunia yang fana ini
Tanpa mengajakku

Kini aku hanya bisa mendengar nafasku
Yang terengah-engah mengais setitik hidup yang hampir sirna
Aku letih ya Tuhan, biarkan aku melepasnya

Kini dari tepi sungai yang mengalir
Engkau selalu meratapi batu
Batu kusam yang akan hilang oleh waktu

Sebuah Prosesi dari Kehidupan

Kematian [sebuah prosesi kehidupan]

Kematian adalah bagian akhir dari sebuah prosesi kehidupan, seperti yang kita tahu , lahir >> hidup >> mati.

Proses itu bukan pendek (simpel) tapi panjang (kompleks). Pernyataan kitab suci-kitab sucipun menjelaskan demikian. Sekalipun ada manusia yang berproses di kehidupannya dengan rentang waktu pendek dan ada juga yang mengalami proses yang panjang. Tapi hukum kehidupan yang akan mengakhiri kehidupan itu sendiri, yaitu kematian.

Dalam kematian pun ada proses.Ia lebih penting dari proses kehidupan. Jika proses kehidupan hanya lahir >> hidup >> mati , maka kematian (mungkin) lebih rumit, extraordinary, diluar apa yang diketahui manusia. Karena sesungguhnya kematian adalah sesuatu peristiwa yang tiba-tiba, di luar akal, tapi saya yakin entah seribu atau dua ribu yang akan datang manusia sudah bisa menjelaskan kematian secara ilmiah apakah itu kematian atau bagaimana pikiran Tuhan seperti apa yang dikatakan oleh  Stephen Hawking

"Seandainya kita betul-betul menemukan sebuah teori sempurna, pada waktunya teori itu harus dapat dimengerti dalam prinsip yang luas oleh setiap orang. Maka itu kita semua, para filisof, ilmuan dan tepatnya orang biasa akan dapat ikut serta dalam diskusi tentang mengapa kita dan alam semesta ada. Seandainya kita mendapatkan jawaban tentang hal itu, itulah keberhasilan terakhir rasio manusia. Karena kita kemudian betul-betul mengetahui pikiran Tuhan..."

Di balik itu semua, kematian bagiku adalah ihwal yang komprehensif. Ia mencakup alam semesta raya. Dan aturan universal mengatakan : Tidak ada yang Abadi . Itulah mengapa tulisan ini dibuat dengan unsur kematian. 

Setelah kematian (lembaran lama), munculah kehidupan baru (lembaran baru). Keyakinan bertambah kuat manakala mengingat pepatah: Mati satu tumbuh seribu. Kematian hidup yang lama di hari kemarin, akan mengantarkan kita menemui kehidupan baru, yang lebih hidup - jikalau dari awal kita mempersiakannya.

Demi kehidupan baru tersebut, kupersembahkan sebuah komitmen...menulis

[Puisi] Awal yang Akhir

pada lahir yang kuanggap akhir
ialah getir yang kau ukir
pada hadir cinta yang ku tasfir
ialah pasir yang mengalir

pada ajal yang kuanggap awal 
ialah kekal yang kau jejal 
pada rapal rindu yang ku hafal
ialah sesal yang menebal

ini adalah akhir bagimu
ini adalah awal bagiku
ini bukanlah akhir bagimu
ini bukanlah awal bagiku

ini adalah kehidupan
ini adalah kematian

Kamis, 04 April 2013

Kehidupan Duniawi Tak Ada yang Abadi

Kehidupan punya kekuatan dan misteri. Kapan semua hal yang kita miliki diambil kembali? Kita tak pernah tahu, bersiap saja.

Kehidupan kuat sekaligus rapuh. Kita manusia, bisa memiliki semua hal yang kita inginkan di dunia ini. Namun ada saatnya semua usai.

Lengkungan senyuman di wajah kita, mungkin dalam sekejap bisa menjadi lengkungan kesediahan. Benar benar berbeda 180 derajat. It's Life !

Kita tidak pernah tahu kapan hari itu tiba. Hari kita kembali. Yang bisa kita lakukan ..jangan sia-siakan hidup kita. Lakukan kebaikan.

Saat ada yang meninggal, kita sedih. Itu manusiawi. Tapi ingat, dia sudah terbebas dari sakit duniawi, kita yang belum. Tangisi itu.

Sesungguhnya orang-orang terlebih dahulu meninggal dunia beruntung. Mereka tidak lagi merasakan sakit dan kesedihan. Mereka terbebaskan.

Kita tidak pernah siap melepas mereka. Namun perlu diingat, mereka telah terbebas dari rasa sakit, Kita yang hidup, masih belum bebas.

Sedari kecil, kita diajar untuk mengikis kemelekatan. Bukan tidak pedulu satu sama lain, hanya menyadari yang kita punya ada batas waktu.

Sesungguhnya kita menangis karena sedih, merupakan hal wajar. Menjadi tidak wajar saat kita larut dalam kehilangan.

Dan sadarilah, kehidupan tidak ada yang abadi. Semua punya batas waktu, entah itu kapan. Kita tidak bisa mereka-rekanya. Hanya saja, bersiaplah mulai dari sekarang sebelum waktumu tiba. Perbaikilah yang perlu diperbaiki. Hilangkan yang perlu dihilangkan.

Itulah siklus hidup. Ada awal ada akhir, ada pertemuan ada perpisahan, ada kehidupan dan ada kematian.

Just prepare yourself..

SYAIR KEHIDUPAN

Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia ini juga bukan tempat yang kekal abadi.
Ada kalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari menjadi bagian dari suatu berita.
Ia diciptakan sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tentram.
Wahai orang yang selalu ingin melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
Maka, selesaikanlah segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,
akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka
Dan zaman tak akan pernah betah menemanimu, karena ia
akan selalu lari meninggalkanmu sebagai musuh yang menakutkan
dan karena zaman memang diciptakan sebagai musuh orang-orang bertakwa